Minggu, 13 September 2009

Berdakwah? Gimana caranya?

Bagaimanakah caraku berdakwah, sedangkan aku bukanlah orang yang hebat seperti yusuf mansyur, dan aku juga bukanlah orang terkenal seperti aa gym?
Sebelum kita membahas pertanyaan di atas, kita harus tau bahwa kita diciptakan untuk berbuat baik dan menyuruh berbuat baik.
Sedangkan, dakwah bukanlah hanya dilakukan oleh orang-orang yang bertitle tinggi saja. Padahal, kita sebagai manusia wajib untuk berdakwah.
Lalu, bagaimanakah caranya berdakwah?
Ingat! Berdakwah bukan haanya dengan lisan. Setiap tingkah laku kita setiap hari pun, juga dapat menjadi dakwah bagi orang-orang yang memperhatikannya.
Contohnya saja, ketika kita berjualan, jualanlah tanpa riba. Kemudian, jelaskan kepada para pembeli tentang buruknya dosa riba. Agar mereka paham sedikit demi sedikit tentang agama.
Atau, ketika kita sedang melakukan suatu pekerjaan, kemudian terdengar azan, penuhilah seruan azan itu dan pergilah ke masjid. Jikalau ini terus menerus dilakukan, niscaya sedikit demi sedikit orang akan mengikuti yang telah kamu kerjakan tadi. Bukannya itu termasuk dakwah?
Namun, ketika berdakwah pun kita juga harus tetap istiqomah/komitmen dalam melakukannya. Jangan hari ini berdakwah, kemudian besok libur, begitu pula sebaliknya. Tetapi yang tepat adalah hari ini untuk dakwah dan besokpun untuk dakwah.
Kalau kita komitmen dalam berdakwah, niscaya sayap-sayap malaikat akan menaungi setiap kegiatan kita. Baik siang maupun malam. Dan juga kita mendapat jaminan dari Alloh untuk masuk surga.
Rosululloh SAW bersabda, "Ada suatu prinsip yang jika tertancap di hati, niscaya kamu tidak akan menanyakannya lagi. Yaitu, Berimanlah kepada Alloh laalu beristiqomahlah"
Apakah poin-poin penting yang harus diketahui oleh seorang pendakwah?
Orang yang berdakwah harus mengetahui 4 poin penting yang dapat menjadi cambuk pedih dalam berdakwah. Salah satunya adalah panjang jalannya.
Orang yang berdakwah tepat sekali jika disebut panjang jalannya. Karena, orang yang berdakwah dimulai dari saat ia berbicara hingga ke dalam liang lahat. Maka, sungguh tepat sekali orang yang pernah mengatakan, "Kewajiban lebih banyak dari usia"
Mengapa disebut demikian?
Sebab, Alloh banyak sekali memberikan kenikmatan dan kemewahan. Tapi pernahkah kita membalasnya? Sedangkan, Alloh hanya menyuruh kita untuk beribadah kepadanya.
Apakah Alloh membutuhkan ibadah kita?
Taentu tidak. Melainkan, kitalah yang membutuhkannya. Coba kita pikir, pernahkah ketika bangun tidur kita berujar, "Alhamdulillah kakiku masih utuh", pernahkah ketika selesai berolahraga kita berujar, "Alhamdulillah aku masih bisa bernapas".
Lalu, mengapa Alloh tetap menyuruh kita beribadah?
Supaya kita dapat bersyukur atas nikmat yang Dia limpahkan kepada kita. Kenikmatan dapat bernapas, kenikmatan dapat melihat, kenikmatan dapat berbicara. Tapi, pernahakah setiap kita bernapas mengucapkan syukur? Pernahkah setiap kita melihat suatu objek, mengucapkan syukur? Nah, syukur itulah yang dimaksud dengan “kewajiban”.
Poin penting yang kedua ialah berat bebannya. Ingatlah, jadi orang baik itu tidak gampang. Sebagaimana yang Alloh wahyukan kepada Nabi Muhammad dalam surat al muuzammil ayat 5:
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu Perkataan yang berat.
Ayat di atas sudah sangat jelas mencerminkan bahwa Alloh akan memberikan suatu berita. Dan berita itu harus diberitahukan oleh orang-orang tertentu. Dan sungguh, beratlah untuk menyampaikannya hingga beliau berdiam di rumahnya.
Mengapa dalam menyampaikan itu berat bebannya?
Karena, kita diharuskan mengubah kondisi suatu kaum dengan cara menyampaikan kebenaran. Tapi, bagaimana bila kaum yang ingin kita ubah itu malah membangkang? Bahkan hingga menyebarkan fitnah-fitnah palsu kepada kita.
Namun, selain faktor eksternal, ada juga faktor iinternalnya. Yaitu nafsu. Dengan nafsu, orang yang saleh dapat menjadi salaah, orang yang tinggi tekadnya bisa menjadi tinggi nekatnya. Oleh karena itu, orang yang hebat adalah orang yang dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Kemudian, poin penting yang ketiga adalah banyak rintangannya.
Pernah tidak, ketika kamu berdakwah, langsung menuju ke sasaran dakwah yang tepat? Tentu saja tidak.
Coba saja kamu buka biografi da’i-da’I terkenal! Kemudian, kamu cariin tuh, manaa da’I yang menempuh proses instan! Dijamin, gak bakalan ketemmu.
Tapi, bagaimana jika suatu saat kita berhadapan dengan preman, sedangkan Alloh berfirmaan, “Sesunguhnya Alloh bersama orang-orang yang sabar” apakah kita diaam saja?
Perlu diingat/mungkin dicatat, orang yang sabar itu bukanlah orangyang diam saja ketika berhadapan dengan masalah. Itu sih namanya bukan sabar, tapi pasrah.
Orang yang sabar itu dapat bertindak untuk mengatasi masalah semampunya bukan semaunya. Kalaupun usahanya belum berhasil, dia masih mempunyai cara-cara lainnya yang mungkin akan berhasil dengan izin Alloh.
Yang terakhir, sedikit orang yang menempuhnya.
Nabi Muhammad pernah bersabda, “Pada zaman yang terakhir, orang yang berpegang teguh pada ajaranku ibarat memegang bara api”. Itulah sebabnya, mengapa hanya sedikit orang yang mau menempuhnya.
Semoga kita termasuk dari golongan yang sedikit.
Ameeeeeeeeeeeeen.

0 tanggapan:

Posting Komentar

 
;